Lailatul Qadar

Standard

Oleh: Dr. Nawal al-Ied

Ringkasan ceramah Dr. Nawal al-Ied

Lailatul Qadar

Dinamakan demikian; karena saat itu ketentuan taqdir turun dari langit ke bumi. Dan dinamakan demikian karena nisbat kepada taqdir.

🌱Ibadah pada malam itu menyamai 84 tahun

Sebagai contoh;

Apabila anda mengucapkan, “Astghfirullah.” Seolah anda beristighfar semenjak anda lahir hingga usia 84 tahun.

🌱Pada malam itu bumi menjadi sempit lantaran banyaknya jumlah malaikat. Pada malam itu malaikat turun yang jumlahnya melebihi bilangan kerikil, supaya dapat mengamini doa kita.

🌱Terdapat beberapa bentuk taqdir yang Allah Azza wa Jalla tetapkan untuk manusia;

  1. Taqdir Azali
  2. Taqdir tahunan
  3. Taqdir harian

Anda dapat mengubah ketetapan harian maupun tahunan dengan doa.

Read the rest of this entry

Ikan kecil dan air

Standard

Suatu hari seorang ayah dan anaknya sedang duduk berbincang-bincang di tepi sungai. Sang Ayah berkata kepada anaknya, “Lihatlah anakku, air begitu penting dalam kehidupan ini, tanpa air kita semua akan mati.”

Pada saat yang bersamaan, seekor ikan kecil mendengar percakapan itu dari bawah permukaan air, ikan kecil itu mendadak gelisah dan ingin tahu apakah air itu, yang katanya begitu penting dalam kehidupan ini. Ikan kecil itu berenang dari hulu sampai ke hilir sungai sambil bertanya kepada setiap ikan yang ditemuinya, “Hai tahukah kamu dimana tempat air berada? Aku telah mendengar percakapan manusia bahwa tanpa air kehidupan akan mati.”

Ternyata semua ikan yang telah ditanya tidak mengetahui dimana air itu, si ikan kecil itu semakin kebingungan, lalu ia berenang menuju mata air untuk bertemu dengan ikan sepuh yang sudah berpengalaman, kepada ikan sepuh itu ikan kecil ini menanyakan hal yang sama, “Dimanakah air?” Ikan sepuh itu menjawab dengan bijak, “Tak usah gelisah anakku, air itu telah mengelilingimu, sehingga kamu bahkan tidak menyadari kehadirannya. Memang benar, tanpa air kita semua akan mati.”

Saudaraku…

Manusia kadang mengalami situasi yang sama seperti ikan kecil, mencari kesana kemari tentang kehidupan dan kebahagiaan, padahal ia sedang menjalaninya, bahkan kebahagiaan sedang melingkupinya sampai-sampai ia sendiri tidak menyadarinya.

Selamat menikmati kebahagiaan hidup, saudara-riku tercinta…

😃❤💕

HATI-HATI DENGAN FITNAH

Standard

Seseorang menceritakan sbh berita negatif mengenai temannya. Dalam beberapa hari saja, seluruh lingkungan mendengar berita tsb. Temannya itu tentu saja sakit hati.

Beberapa hari kemudian, orang yg menyebarluaskan berita tsb menyadari bahwa ternyata berita itu tak benar bahkan Fitnah.

Dia menyesal, lalu datang kpd seorang guru yg bijak utk meminta nasihat apa yg harus dilakukannya untuk memperbaiki kesalahannya itu.

“Pergilah ke pasar” kata guru bijak itu, “belilah kemoceng, kemudian dlm perjalanan pulang, cabuti bulu ayam di kemoceng & buanglah satu persatu di sepanjang jalan pulang.”,

Meski kaget mendengar saran itu, si penyebar fitnah tetap melakukan apa yg diperintahkan kepadanya.

Keesokan harinya orang tsb melaporkan apa yg sudah dilakukannya. Guru bijak itu berkata lagi, “Sekarang pergilah & kumpulkan kembali semua bulu ayam yg kau buang kemarin & bawa kepadaku.”

Orang itu pun menyusuri jalan yg sama, tapi angin telah menebarkan dan menerbangkan bulu-bulu itu ke segala arah.

Setelah mencari selama beberapa jam, ia kembali hanya dgn tiga potong bulu…

“Lihat kan?” kata guru bijak itu, “sangat mudah melemparkannya,  namun tak mungkin mengumpulkannya  kembali.

Begitu pula dgn fitnah.

Mudah sekali menyebarluaskan fitnah, namun sekali fitnah terlempar, 7 ekor kudapun tak dapat menariknya kembali…”

Allah swt berfirman;

“(Dosa) memfitnah itu lebih besar daripada pembunuhan.”

*****

Saudara-riku tercinta… Marilah memohon kpd Allah swt agar kita dihindarkan dan dilindungi Allah dari memfitnah dan difitnah…

😌❤💕

Saudaraku…

Kadang Allah menyembunyikan matahari..

Dia datangkan petir, awan hitam, dan hujan…

Kita pun menangis mencari matahari dan kehangatan sinarnya.

Rupanya Allah mendatangkan pelangi yang indah setelahnya….

😃❤💕

PUISI 11 Maret 2016 dari pak guru

Standard

Datang sudah hari ini,

Jum’at, sebelas maret dua ribu enam belas

Hari dimana dulu aku dilahirkan

Hari dimana orang tertawa sekaligus haru

Menjelang perkenalanku dengan dunia ini

 

Hari ini, di depan Ka’bah, aku bersimpuh di altar Ilahi yang suci

mengenang kembali

Kerikil-kerikil tajam yang memperkaya arti hidupku

Manisnya madu cerita hidupku yang membuat senyumku mengembang…

Tapi apa yang telah aku berikan

Untuk orang-orang yang tertawa sekaligus haru

Menjelang kelahiran…

 

Hari ini aku terpana di panggung kesadaran

Apa yang telah kuberikan untuk

Agamaku untuk Tuhanku untuk kedua orang tuaku

untuk sahabatku yang banyak menebar kebaikan untukku

 

Hari hari berlalu, perlahan tapi pasti

 

Hari ini aku menuju satu puncak tangga yang baru

Karena lembaran baru telah terbuka di hadapanku

Untuk sisa jatah umurku…

 

Apa yang telah kupersiapkan untuk

masa depanku, untuk akhirat ku, untuk

orang-orang yang mencintaiku dan untuk Tuhanku

Ketika kucoba tengok kebelakang

Ternyata aku masih banyak berhutang

Ya, berhutang pada diriku…

Karena amalku masih membuatku malu…

Betapa ringan dan sedikitnya…

 

Duh Gusti…ampuni aku…

 

*****

Untuk sahabat dan saudara-riku tercinta….

 

Terima kasih atas doa tulus dan indah yang kau lantunkan untukku…

 

Di rumah Allah yang suci ini, di hadapan Ka’bah yang dimuliakan,

kupanjatkan permohonan kepada Allah Yang Maha Cinta

agar doa yang sama dikabulkan pula untukmu…

 

Terima kasih, salam rinduku untukmu dari Baitullah di Makkah Al-Mukarramah…

😌🙏❤💕

 

By. Ustadz Syamsul Balda

MENULIS DI ATAS PASIR

Standard

Ada sebuah kisah tentang sepasang suami istri yang sedang berjalan melintasi gurun pasir.

Di tengah perjalanan, mereka bertengkar dan suaminya menghardik istrinya dengan sangat keras.

Istri yang kena hardik, merasa sakit hati, tapi dia tidak berucap sepatah katapun, dia hanya menulis di atas pasir :

HARI INI SUAMIKU MENYAKITI HATIKU.

Mereka terus berjalan, hingga menemukan sebuah oase. Mereka pun memutuskan untuk mandi.

Si Istri, mencoba berenang, tiba-tiba kakinya kram dan nyaris tenggelam, namun berhasil diselamatkan suaminya.

Ketika dia mulai siuman dan rasa terkejutnya hilang, dia mengambil pisau kemudian memahat tulisan di sebuah batu cukup besar :

HARI INI SUAMIKU YANG BAIK MENYELAMATKAN NYAWAKU.

Suami yang terheran-heran bertanya : “Kenapa setelah aku menghardikmu, kamu menulisnya di atas pasir, dan sekarang kamu menulis di atas batu ?”

Istrinya sambil tersenyum menjawab : “Ketika hal buruk terjadi, kita harus menulisnya di atas pasir agar angin maaf datang berhembus dan menghapus tulisan itu, sehingga aku bisa melupakannya…

Dan bila sesuatu yang baik dan luar biasa diperbuat suamiku, aku harus memahatnya di atas batu, agar tidak bisa hilang tertiup angin waktu, sehingga akan kuingat selamanya…”

 

Saudaraku…

Dalam hidup ini sering timbul beda pendapat dan konflik dengan seseorang karena sudut pandang yang berbeda.

Terkadang malah sangat menyakitkan.

Oleh karenanya, cobalah untuk saling memaafkan dan melupakan masalah yang lalu.

Yang terpenting adalah :

“Belajarlah untuk selalu BISA MENULIS DI ATAS PASIR untuk semua hal yang MENYAKITKAN,

dan selalu MENGUKIR DI ATAS BATU untuk semua KEBAIKAN yang kita peroleh….”

 

*****

Selamat meraih kebahagiaan, saudara-riku tercinta…

😊❤💕

 

UMAR KECIL YANG SHALIH

Standard

(Kisah nyata)

Sebulan yg lalu saya Jum’atan di Graha CIMB Niaga Jalan Sudirman setelah lama sekali tidak sholat Jum’at di situ. Sehabis meeting dengan salah satu calon investor di lantai 27, saya buru2 turun ke masjid karena takut terlambat.

Sambil mendengarkan khotbah saya melihat Sang Khotib dari layar lebar yg di pasang di luar ruangan utama masjid.

Khotibnya masih muda, tampan, berjenggot namun penampilannya bersih. Dari wajahnya saya melihat aura kecerdasan, tutur katanya lembut namun tegas. Dari penampilannya yg menarik tsb, saya jadi penasaran, apa kira2 isi khotbahnya.

Dengan gaya yg menarik Sang Khotib menceritakan “true story”.

Seorang anak berumur 10 th namanya Umar. Dia anak pengusaha sukses yg kaya raya. Oleh ayahnya si Umar di sekolahkan di SD Internasional paling bergengsi di Jakarta. Tentu bisa ditebak, bayarannya sangat mahal. Tapi bagi si pengusaha, hal ini bukan masalah, uangnya berlimpah.

Si ayah berfikir, anaknya harus mendapat bekal pendidikan terbaik di semua jenjang, agar anaknya kelak menjadi orang yg sukses mengikuti jejaknya.

Suatu hari isterinya memberi tahu bahwa Sabtu depan si ayah diundang menghadiri acara “Father’s Day” di sekolah Umar.

“Waduuuh saya sibuk ma, kamu aja deh yg datang.” begitu ucap si ayah kpd isterinya.

Bagi dia acara begini sangat tidak penting, dibanding urusan bisnis besarnya. Tapi kali ini isterinya marah dan mengancam, sebab sudah kesekian kalinya si ayah tdk pernah mau datang ke acara anaknya. Dia malu karena anaknya selalu didampingi ibunya, sedang anak2 yg lain selalu didampingi ayahnya.

Karena diancam isterinya, akhirnya si ayah mau hadir meski agak ogah2an.

Father’s day adalah acara yg dikemas khusus dimana anak2 saling unjuk kemampuan di depan ayah2nya.

Karena ayah si Umar ogah2an maka dia memilih duduk di paling belakang, sementara para ayah yg lain (terutama yg muda2) berebut duduk di depan agar bisa menyemangati anak2nya yg akan tampil di panggung.

Satu persatu anak2 menampilkan bakat dan kebolehannya masing2. Ada yg menyanyi, menari, membaca puisi, pantomim. Ada pula yg memamerkan lukisannya, dll. Semua mendapat applause yg gegap gempita dari ayah2 mereka.

Tibalah giliran si Umar dipanggil gurunya untuk menampilkan kebolehannya

“Miss, bolehkah saya panggil pak Arief.” tanya si Umar kpd gurunya. Pak Arief adalah guru mengaji untuk kegiatan ekstra kurikuler di sekolah itu.

”Oh boleh..” begitu jawab gurunya.

Dan pak Ariefpun dipanggil ke panggung.“Pak Arief, bolehkah bapak membuka Kitab Suci Al Qur’an Surat 78 (An-Naba’)” begitu Umar minta kepada guru ngajinya

”Tentu saja boleh nak..” jawab pak Arief.

“Tolong bapak perhatikan apakah bacaan saya ada yg salah.”

Lalu si Umar mulai melantunkan QS An-Naba’ tanpa membaca mushafnya (hapalan) dengan lantunan irama yg persis seperti bacaan “Syaikh Sudais” (Imam Besar Masjidil Haram).

Semua hadirin diam terpaku mendengarkan bacaan si Umar yg sangat merdu dan syahdu, termasuk ayah si Umar yg duduk dibelakang.

”Stop, kamu telah selesai membaca ayat 1 s/d 5 dengan sempurna. Sekarang coba kamu baca ayat 9..” begitu kata pak Arief yg tiba2 memotong bacaan Umar.

Lalu Umarpun membaca ayat 9.

”Stop, coba sekarang baca ayat 21..lalu ayat 33..” setelah usai Umar membacanya…lalu kata pak Arief, “Sekarang kamu baca ayat 40 (ayat terakhir)”.

Si Umarpun membaca ayat ke 40 tsb sampai selesai.”

“Subhanallah…kamu hafal Surat An-Naba’ dengan sempurna nak,” begitu seru pak Arief sambil meneteskan air matanya.

Para hadirin yg muslimpun tak kuasa menahan airmatanya. Lalu pak Arief bertanya kepada Umar, ”Kenapa kamu memilih menghafal Al-Qur’an dan membacakannya di acara ini nak, sementara teman2mu unjuk kebolehan yg lain?” begitu tanya pak Arief penasaran.

“Begini pak guru, waktu saya malas mengaji dalam mengikuti pelajaran bapak, Bapak menegur saya sambil menyampaikan sabda Rasulullah SAW, ”Siapa yang membaca Al Qur’an, mempelajarinya, dan mengamalkannya, maka dipakaikan mahkota dari cahaya pada hari kiamat. Cahayanya seperti cahaya matahari dan kedua orang tuanya dipakaikan dua jubah (kemuliaan) yang tidak pernah didapatkan di dunia. Keduanya bertanya, “Mengapa kami dipakaikan jubah ini?”

Dijawab, “Karena kalian berdua memerintahkan anak kalian untuk mempelajari Al Qur’an.” (H.R. Al-Hakim).

“Pak guru, saya ingin mempersembahkan “Jubah Kemuliaan ini” kepada ibu dan ayah saya di hadapan Allah di akherat kelak, sebagai seorang anak yg berbakti kpd kedua orangnya…”

Semua orang terkesiap, lidahnya kelu dan tdk bisa membendung air matanya mendengar ucapan anak berumur 10 th tsb…

Ditengah suasana hening tsb..tiba2 terdengar teriakan parau “Allahu Akbar!” dari seseorang yg lari dari belakang menuju ke panggung.

Ternyata dia ayah si Umar, yg dengan ter-gopoh2 langsung menubruk sang anak, bersimpuh sambil memeluk kaki anaknya.

”Ampuun nak.. maafkan ayah yg selama ini tidak pernah memperhatikanmu, tdk pernah mendidikmu dengan ilmu agama, apalagi mengajarimu mengaji.” ucap sang ayah sambil menangis di kaki anaknya.

”Ayah menginginkan agar kamu sukses di dunia nak, ternyata kamu malah memikirkan kemuliaan ayah di akherat kelak. Ayah malu nak” ujar sang ayah terbata2 sambil menangis tersedu.

Subhanallah… Sampai di sini, saya melihat di layar Sang Khotib mengusap air matanya yg mulai jatuh. Semua jama’ahpun terpana, dan juga mulai meneteskan airmatanya, termasuk saya.

Diantara jama’ah pun bahkan ada yg tidak bisa menyembunyikan suara isak tangisnya, haru. Entah apa yg ada dibenak jama’ah yg menangis itu. Mungkin ada yg merasa berdosa karena menelantarkan anaknya, mungkin merasa bersalah karena lalai mengajarkan agama kpd anaknya, mungkin menyesal krn tdk mengajari anaknya mengaji, atau merasa berdosa karena malas membaca Al-Qur’an yg hanya dipajang di rak bukunya.

Dan semua, dengan alasan yg sama : sibuk urusan dunia. Saya sendiri menangis karena merasa lalai dengan urusan akherat, dan lebih sibuk dengan urusan dunia, padahal saya tahu kehidupan akherat jauh lebih baik dan kekal dari pada kehidupan dunia yg remeh temeh, sendau gurau dan sangat singkat ini, seperti firman Allah SWT dalam Q.S. Al-An’Amayat 32:

”Dan tiadalah kehidupan dunia ini, selain dari main-main dan senda gurau belaka. Dan sungguh kampung akhirat itu lebih baik bagi orang-orang yang bertakwa. Maka tidakkah kamu memahaminya..??”

Astagfirullahal-azhiim…, hamba mohon ampunan kepadamu yaa Allah. Engkaulah Dzat Yang Maha Pengampun dan Maha Penyayang…. 😔😭😭

 

TRADISI DI JEPANG : MEMBUANG YANG SUDAH TUA

Standard

Di Jepang dulu pernah ada tradisi membuang orang yang sudah tua ke hutan. Mereka yang dibuang adalah orang tua yang sudah tidak berdaya sehingga htidak memberatkan kehidupan anak-anaknya.

Pada suatu hari ada seorang pemuda yang berniat membuang ibunya ke hutan, karena si Ibu telah lumpuh dan agak pikun.

Si pemuda tampak bergegas menyusuri hutan sambil menggendong ibunya. Si Ibu yang kelihatan tak berdaya berusaha menggapai setiap ranting pohon yang bisa diraihnya lalu mematahkannya dan menaburkannya di sepanjang jalan yang mereka lalui.

Sesampai di dalam hutan yang sangat lebat, si anak menurunkan Ibu tersebut dan mengucapkan kata perpisahan sambil berusaha menahan sedih karena ternyata dia tidak menyangka tega melakukan perbuatan ini terhadap Ibunya.

Justru si Ibu yang tampak tegar, dalam senyumnya dia berkata: “Anakku, Ibu sangat menyayangimu. Sejak kau kecil sampai dewasa Ibu selalu merawatmu dengan segenap cintaku. Bahkan sampai hari ini rasa sayangku tidak berkurang sedikitpun. Tadi Ibu sudah menandai sepanjang jalan yang kita lalui dengan ranting-ranting kayu. Ibu takut kau tersesat, ikutilah tanda itu agar kau selamat sampai dirumah”

Setelah mendengar kata-kata tersebut, si anak menangis dengan sangat keras, kemudian langsung memeluk ibunya dan kembali menggendongnya untuk membawa si Ibu pulang ke rumah.

Pemuda tersebut akhirnya merawat Ibu yang sangat mengasihinya sampai Ibunya meninggal.

‘Orang tua’ bukan barang rongsokan yang bisa dibuang atau diabaikan setelah terlihat tidak berdaya. Karena pada saat engkau sukses atau saat engkau dalam keadaan susah, hanya ‘orang tua’ yang mengerti kita dan batinnya akan menderita kalau kita susah. ‘Orang tua’ kita tidak pernah meninggalkan kita, bagaimanapun keadaan kita, walaupun kita pernah kurang ajar kepada orang tua. Namun Bapak dan Ibu kita akan tetap mengasihi kita.

Mari kita merenungkan, apa yang telah kita berikan untuk orang tua kita, nilai berapapun itu pasti dan pasti tidak akan sebanding dengan pengorbanan ayah ibu kita.

Muliakan ia selagi masih hidup, dan doakan jika telah tiada.

 

Semoga renungan ini bermanfaat..

Musafir Cerdas

Standard

Seorang musafir lewat di suatu kampung. Ia melihat penduduk kampung lagi berkumpul ramai sekali. Mereka sepertinya lagi mengadakan musyawarah besar.

Setelah mencari tahu, ternyata penduduk kampung itu lagi membicarakan siapa yang mau menjadi ketua kampung. Ia menjadi heran, kenapa orang-orang ini justru mencari siapa yang mau menjadi pemimpin, karena menurut kebiasaan orang malah rebutan untuk jadi pemimpin.

Rupanya ada suatu tradisi aneh di kampung itu. Setiap seorang pemimpin selesai menjalankan tugas, ia akan dibuang ke suatu tempat yang sangat berbahaya. Di padang pasir yang dipenuhi binatang buas dan berbisa. Setiap orang yang masuk ke sana mustahil bisa keluar lagi dengan selamat.

Setelah berpikir sejenak ia menawarkan diri untuk jadi pemimpin di kampung itu. Tentu saja penduduk kampung menjadi heran sekaligus senang. Dengan penuh yakin ia menanda tangani perjanjian untuk menjadi pemimpin dan siap dibuang setelah 10 tahun menjalankan tugas.

Namun musafir ini ternyata seorang yang sangat cerdas. Pantas sekali ia berani menawarkan diri jadi pemimpin negeri itu.

Di tahun pertama dan kedua ia mengumpulkan dana yang sangat besar. Pada tahun ketiga ia menugaskan orang untuk membuat jalan ke padang pasir tempat yang akan dijadikan tempat pembuangannya. Tahun keempat ia membersihkan tempat itu dari binatang buas dan berbisa. Tahun kelima ia memerintahkan orang untuk mengalirkan air dan menanaminya dengan berbagaimacam tumbuh-tumbuhan. Tahun keenam sampai kedelapan ia menyulap daerah itu menjadi kota yang sangat megah dan membuat istana yang indah untuk tempat ia ketika dibuang nanti.

Akhirnya pada tahun kesembilan ia justru merindukan jabatannya segera berakhir, karena ia tidak sabaran lagi untuk menempati rumah masa depannya.

Itulah gambaran dunia dan akhirat bagi orang yang sadar. Orang yang merasa cemas akan kematian karena ia membiarkan rumah masa depannya dipenuhi binatang buas dan berbisa. Rumahnya hancur berantakan, bahkan dipenuhi api. Tapi bila kita persiapkan dengan segala amal shaleh, justru akan membuat kerinduan untuk segera menuju ke sana. Ia malah merasa asing dan tidak betah di dunia yang fana ini, karena harap menempati kampung nan indah di seberang sana.

Orang yang cerdas adalah yang mempersiapkan diri untuk kehidupan yang tiada berakhir. Dan orang yang teramat bodoh adalah orang yang mengorbankan kehidupan yang abadi demi kesenangan yang hanya sekejap.

 

(Cuplikan khutbah jum’at DR. Jamal Abdus Sattar di mesjid as Salam Hayyul ‘Asyir – Nasr City).

Paradoks di Akhir Zaman

Standard

(Dari kiriman : ukhti Yanti Achmad)

 

Banyak rumah besar — Keluarganya makin kecil

Manusia makin banyak — Rasa perikemanusiaan semakin menipis

Travelling keliling dunia — Tak kenal dengan tetangga

Penghasilan bertambah — Ketentraman jiwa makin susah dicari

Pengobatan makin canggih — Tingkat kesehatan makin buruk

Minuman keras makin banyak — Air bersih kian berkurang

Teknologi informasi kian canggih — Fitnah dan aib makin banyak tersebar

Perselingkuhan makin marak — Kesetiaan hampir punah

Pakai jam tangan super mahal — Selalu kekurangan waktu

Banyak teman di facebook — Tak punya sahabat sejati

Gelar makin tinggi — Akal sehat makin rendah

Kualitas ilmu tinggi — Kualitas emosi dangkal

Pengetahuan makin bagus — Kearifan makin berkurang

Ilmu semakin tersebar — Adab dan ahlak hampir lenyap

Belajar semakin mudah — Guru makin tak dihargai

Al Qur’an banyak dihapal — Sedikit sekali yang mengamalkan

Orang yang sedikit ilmu banyak bicara — Orang yang banyak ilmu berdiam diri

———-

Fenomena paradoks di akhir zaman …

Banyak hal tak nyambung, hingga banyak nian fakta yang bertentangan.

Semua itu nampak jelas di hadapan kita.

Suatu pertanda agar kita bertaubatan secara nasuha.

Dan selanjutnya terus-menerus meluruskan keTauhidan dengan istiqamah bertaqwa, memperbaiki perilaku diri.

 

Astagfirullahal’adziim, aladzi laailahaila anta,

Subhanaka, inni kuntum-minadzalimiin …

Ternyata, Orang Sakit Didatangi Empat Malaikat

Standard

Sakit merupakan kondisi yang tidak dinginkan semua orang. Terlebih jika sakit yang dialami parah dan susah mendapatkan obatnya. Selain membutuhkan biaya yang mahal, penyakit yang dialami seseorang bisa menyebabkan seluruh keluarga dan kerabat menjadi cemas.

Memang, rasa sakit yang menyerang tubuh sehingga membuat kita terkulai lemas adalah sesuatu yang menakutkan. Namun dalam Islam, ada banyak hal yang tersembunyi di balik rasa sakit itu. Sehingga tidak ada alasan untuk mengeluh atas kondisi tersebut.

Dalam sebuah hadist, Rasulullah SAW mengatakan bahwa sakit merupakan bentuk kasih sayang Allah SWT kepada hamba-Nya. Karena ketika sakit itulah Allah SWT mengutus empat malaikat secara khusus untuk menjenguk manusia. Tidak hanya sekedar melihat, malaikat ini melakukan hal yang justru akan membuat manusia bersyukur diberi musibah sakit tersebut.

Rasulullah SAW bersabda: “Apabila seorang hamba yang beriman menderita sakit, maka Allah memerintahkan kepada para malaikat agar menulis perbuatan yang terbaik yang dikerjakan hamba mukmin itu pada saat sehat dan pada saat waktu senangnya.” (Abu Imamah al Bahili)

Dalam hadist yang lain Rasulullah juga bersabda yang artinya “Apabila seorang hamba mukmin sakit, maka Allah mengutus 4 malaikat untuk datang padanya.”

Pada keempat malaikat ini Allah memberikan perintah diantaranya:

Malaikat pertama bertugas mengambil kekuatan orang yang sakit sehingga Ia menjadi lemah.

Malaikat kedua untuk mengambil rasa lezatnya makanan dari mulutnya.

Malaikat ketiga untuk mengambil cahaya terang di wajahnya sehingga berubahlah wajah si sakit menjadi pucat pasi.

Malaikat keempat untuk mengambil semua dosanya , maka berubahlah si sakit menjadi suci dari dosa. Namun ketika Allah SWT  akan menyembuhkan orang yang sakit tersebut, malaikat 1,2 dan 3 diperintahkan untuk mengembalikan apa yang sudah mereka ambil. Seperti kekuatannya, rasa lezat dilidah, serta cahaya orang yang sakit sehingga kembali terlihat kembali bersemangat.

Namun Allah tidak meminta malaikat keempat yang sudah mengambil dosa-dosanya  untuk mengembalikan dosa orang yang sakit tersebut. Maka bersujudlah para malaikat itu kepada Allah seraya berkata : “Ya Allah mengapa dosa-dosa ini tidak Engkau kembalikan?”

Allah menjawab: “Tidak baik bagi kemuliaan-Ku jika Aku mengembalikan dosa-dosanya setelah Aku menyulitkan keadaan dirinya ketika sakit. Pergilah dan buanglah dosa-dosa tersebut ke dalam laut.”

Dengan ini, maka kelak si sakit itu berangkat ke alam akhirat dan keluar dari dunia dalam keadaan suci dari dosa sebagaimana sabda Rasulullah SAW : “Sakit panas dalam sehari semalam, dapat menghilangkan dosa selama setahun.”

“Tiada seorang mu’min yang ditimpa oleh lelah atau pe¬nyakit, atau risau fikiran atau sedih hati, sampaipun jika terkena duri, melainkan semua penderitaan itu akan di¬jadikan penebus dosanya oleh Allah,” (HR Bukhari-Muslim).

“Jika sakit seorang hamba hingga tiga hari, maka keluar dari dosa-dosanya sebagaimana keadaannya ketika baru lahir dari kandungan ibunya,” (HR Ath-Thabarani).

“Penyakit panas itu menjaga tiap mu’min dari neraka, dan panas semalam cukup dapat menebus dosa setahun,” (HR Al-Qadha’i).

Jika saat ini anda atau keluarga sedang sakit, lebih baik berhentilah untuk mengeluh. Mungkin musibah sakit ini menjadi alarm bagi kita agar tidak bekerja terlalu keras. Saat sakit kita diberi waktu untuk mengingat kembali, bahwa dunia hanyalah sementara.

Silahkan KLIK&SHARE jika dirasa bermanfaat…..